Jumat, 08 Februari 2008

Artikel

Bolehkah Belajar di Sekolah Itu Santai

Oleh : Wantex

Ketika membaca rubrik “Pengetahuan”, Prasetya, Edisi 1 Januari 2007, yang berjudul Bekerja di Kantor “Harus” Santai, Saya menyimpulkan bahwa, penulis sepertinya kurang “sreg” dengan judul artikel edisi sebelumnya, Santai di Kantor Bukan Dosa. Rubrik tersebut mengawali artikelnya dengan pernyataan “Bahasa memang selalu berubah dari waktu ke waktu, tergantung penuturnya. Kata-kata yang dulu bermakna bagus, pada suatu waktu maknanya bisa menjadi berubah”. Saya sependapat, atau bahkan mungkin, memang “mutlak” benar pernyataan tersebut. Dalam artikel tersebut, disebutkan adanya degradasi makna “santai” yang sesungguhnya. Dibuktikan dengan pernyataan bahwa, bila kita bekerja di kantor dengan santai, seakan-akan kita bekerja dengan malas, tidak sungguh-sungguh, tidak serius, dan kata-kata “tidak” yang lainnya. Juga, orang yang ekspresinya santai dan bahagia, tidak selalu bekerja lebih ringan ketimbang yang raut mukanya serius, seolah-olah memanggul bumi di pundaknya. Bahkan, kata “santai” dimaknai (dapat) menyebabkan “dosa”. Penurunan makna kata “santai” atau istilahnya peyoratif (yang dulunya bermakna baik, sekarang bermakna jelek), inilah yang menjadi pokok persoalan.

Dalam artikel itu disebutkan juga, bahwa menurut Kamus Bahasa Indonesia Komptemporer (Peter Salim, 1991), santai adalah bebas dari rasa tegang atau istirahat dalam keadaan bebas. Selanjutnya, dalam konteks pekerjaan, dengan demikian, bekerja santai memiliki makna melaksanakan tugas dengan cara bebas dari tegang, baik wajah maupun anggota tubuh yang lain. Bekerja santai juga memunculkan wajah yang gembira, ceria, riang, dan seabrek penampilan positif lainnya. Cara kerja tersebut tentunya akan memberikan dampak positif bagi organisasi.

Sedikit saja komentar Saya, berkaitan dengan hal di atas, bagaimana konteksnya dalam belajar. Bolehkah siswa belajar dengan santai di sekolah? Benarkah siswa yang belajar dengan santai, prestasinya jelek? Pertanyaan itu, tentunya akan memunculkan berbagai jawaban. Bukankah bekerja itu sama halnya dengan belajar. Keduanya merupakan suatu aktivitas yang mempunyai tujuan pasti. Bila aktivitas dilakukan dengan santai, tentunya akan menghasilkan hal yang positif juga. Hal itu benar, bila santai dimaknai dengan sesungguhnya, yaitu bebas dari rasa tegang atau istirahat dalam keadaan bebas, sebagaimana disebutkan di atas. Dalam konteks belajar, bila siswa belajar dengan keadaan bebas dari rasa tegang, maka suasana belajar akan penuh dengan keriangan, penuh dengan keceriaan dan penuh dengan kegembiraan, bahkan mungkin, akan muncul “semangat” belajar yang luar biasa. Bukankah dalam PAKEMI, berarti M sama dengan “menyenangkan”. Dengan terciptanya suasana belajar yang menyenangkan, maka tercipta juga suasana belajar yang benar-benar dapat dinikmati oleh siswa. Bila kita semua menyadari, bahwa belajar santai tersebut akan menghadirkan hasil yang positif, tentunya ini akan menjadi suatu “kebiasaan” yang baik pula. Silahkan belajar dengan santai, tapi santai yang sesungguhnya atau santai yang sebenar-benarnya.


Blogger Tempates by Wantex and Wr